Dalam mengangkat tema kejujuran, salah satu pondasi epistemologi yang harus direnungkan adalah sabda Nabi Muhammad saw.
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِ إِلَى البِرِّفَإِنَّ البِرَّ يَهْدِ إِلَى الْجَنَّةِ . وَمَا يَزَلُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عٍنْدَ اللهِ صِدِّيْقاً
Kalian harus berbuat jujur, kerena kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke surga. Jika seseorang senantiasa berbuat jujur dan memperhatikan kejujuran, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur (Mutafaq ‘alaih)
Perbuatan jujur akan mengundang kebaikan dan setiap kebaikan berbalas surga, begitu juga sebaliknya kebohongan dan dusta akan mengundang perbuatan jahat lainnya, perbuatan jahat akan menggiring manusia ke dalam palung neraka. Karenanya di dalam hidup ini, sifat jujur harus dipertaruhkan hingga tarikan nafas terakhir dengan harapan kelak dikumpulkan oleh Allah bersama orang-orang yang shodiqiin
Allah berfirman dalam QS: At Taubah: 119;
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”
Berprilaku jujur harus dilakukan secara totalitas diri dan menyeluruh, totalitas diri yang dimaksud adalah kejujuran hendaknya dilakukan dengan segenap keyakinan spiritual, perkataan dan perbuatan hanya semata-mata kepada Allah swt. Menyeluruh dalam artian jujur kepada kepada Allah, diri Sendiri dan berbuat jujur kepada orang lain. Jujur dengan keyakinan direalisasikan dengan cara melakukan perbuatan berdasarkan ketentuan syar’i secara ikhlas semata-mata karena Allah swt, sebab perbuatan karena makhluk (riya’) hakekatnya sama saja dengan perbuatan menipu Allah, orang yang riya’ perbuatannya hanya sebatas dhohir saja patuh dan mengabdi kepada sang khalik, namun bathinnya menghamba kepada makhluk. Bukankah Allah maha teliti atas segala perbuatan hambanya, perbuatan seperti ini masuk dalam kategori perbuatan orang munafik
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ.
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. “ (al-Baqarah: 9)
berati jujur dalam berkata berarti berkata dan membuat pengakuan sesuai dengan yang dilakukan, Adapaun jujur dalam perbuatan adalah melakukan perbuatan yang sesui dengan kehendak baiknya tanpa ditutupi
Saat ini masih banyak kita jumpai orang-orang tidak jujur dengan perbuatannya sendiri, terlebih lagi jujur terhadap sesama, baik dalam sepak terjang perpolitakan, hukum atau perbuatan keseharian lainnya. Diantara perbuatan yang tidak mencerminkan jujur kepada dirinya sendiri adalah, dhohirnya tampak berseri namun hatinya bersedih, diluarnya tampak baik dan mulia tapi dalam hatinya memendam dendam membara, penampilannya bagaikan orang berlebih tetapi kondisi ekonomi sebenarnya meronta kekurangan. Semakin sering kehidupan menggunakan berbagai topeng kepalsuan hingga nyaris banyak orang yang tidak kenal dengan mukanya sendiri.
Apalagi jujur terhadap orang lain, pada saat ia dibutuhkan keterangan sebenarnya justru mengelak dan membuat keterangan palsu, pada saat dituduhkan kepadanya sebuah kesalahan ia menciptakan pengakuan palsu supaya urusan sebenarnya menjadi kelabu. Kebohongan selalu ada dan bisa saja dilakukan dalam setiap lini kehidupan, perdagangan, pengakuan saksi, peradilan atau segala bentuk aktifitas lainnya. Marilah kita mawas diri dan menciptakan suasana jujur selalu menghiasi diri kita.
Andaikan setiap orang jujur terhadap apa yang ia lakukan maka cerita bangsa ini mungkin berbeda dengan yang ada. Jujur adalah perbuatan yang gratis tetapi dusta adalah perbuatan yang harus dibayar mahal di dunia terlebih lagi di akhiratnya
Untuk menciptakan suasana jujur, langkah pertama kali adalah jujur di hadapan Allah, kalau kepada Allah saja tidak mampu untuk berbuat jujur dengan cara beristighfar dan memohon ampun atas segala dosa yang pernah dilakukan, apalagi megakui perbuatannya secara jujur kepada sesama makhluknya.
Jujur kepada Allah dilakukan dengan cara bertaubat, bberapa usnsur bertaubat sudah kami poasting pada taubat dengan ketiga unsurnya, bertaubat dimulai dengan keyakinan kemudian dibuktikan dengan perbuatan dengan hati yang tulus tanpa paksaan, serta bertekad dengan keyakinan yang kuat tidak mengulangi lagi dosa perbuatan yang sama atau serupa, pengakuan tersebut harus sampai menghujam menembus relung hati. Pengakuan karena kesadarana atas berlimpanya dosa baik sadar maupun yang tidak sadar.
Allah telah menciptakan setiap anak manusia dalam keadaan fithrah, namun dalam perjalanan hidupnya, manusia berbuat aniaya kepada dirinya sendiri, perbuatan dhalim mencipta kegelapan tidak saja kegelapan di dunia tetapi kegelapan ini terus akan berlanjut kepada kegelapan di akhirat.
Alkisah pada suatu hari beberapa sahabat Umar bin Abdul Aziz berkeluh kesah dan mengadukannya kepada beliau, ia mengakui mempunyai harta berlimpah dalam kebutuhan hidupnya, tetapi tidak merasa hidupnya tenang, mereka meminta apa yang harus dilakukan, begitu juga sabhabat lainnya mengasu di saat paceklik dan tidak turun hujan, padahal orang orang sudah membutuhkannya, akhirnya Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak langsung menjawab, ia diam sejenak kemudian membaca Al Quran ayat surat Nuh: 10-12
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, . Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
Kisah ini memberi pelajaran berharga kepada kita, bahwa carut marutnya kehidupan yang kita alami, kemungkinan besar ada andil besar atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan, termasuk dosa tidak jujur dalam aktifitas kita sehari. Mudah-mudahan setiap jengkal langkah aktifitas sehari-hari di sana ada 'inayah Allah untuk selalu melestarikan sifat jujur kepada Allah diri sendiri dan sesama manusia
No comments:
Post a Comment